Pelacuran Mahasiswi Salon Plus, Tarif Rp 1,5 Juta Sampai 3,5 Juta
Pelacuran Mahasiswi Salon Plus, Tarif Rp 1,5 Juta Sampai 3,5 Juta
Pada awalnya, polisi membongkar kegiatan prostitusi yang berkedok sebagai salon dan spa di sebuah ruko di Jalan Ambengan, Surabaya. Dari penggerebekan itu, polisi menangkap delapan orang yang diduga sebagai PSK dan seorang germo bernama Mami Ayu (43), yang saat ini sudah ditahan di Polda Jatim.
"Delapan perempuan itu masih sebagai saksi. Sedangkan mami-nya sudah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Awi Setiyono, Kamis (11/12/2014).
Sebenarnya, bisnis pelacuran berkedok salon dan spa itu sudah berlangsung selama beberapa bulan.
Sebenarnya, bisnis pelacuran berkedok salon dan spa itu sudah berlangsung selama beberapa bulan.
Mereka mematok tarif Rp. 150 ribu untuk pelayanan pijat biasa. Dan jika ingin mendapatkan pelayanan lebih, mereka akan memberikan tarif sebesar Rp. 1,5 juta untuk sekali kencan.
Ditempat itu, Mami Ayu juga menyediakan kamar yang memang sudah didesain untuk bisa dipakai kegiatan mesum bagi para pelanggannya. Demikian juga para terapis pijat-nya, yang memang sudah dilatih agar para tamu-nya mau untuk "membeli" jasa layanan plus-plus.
Dalam interogasi terungkap bahwa Mami Ayu mendapatkan 30 - 40 persen dari tarif yang dibayar oleh setiap pelanggan. Para terapis ini juga sulit untuk curang dalam hal pembayaran, karena proses pembayarannya dilakukan di kasir yang memang sudah disediakan, layaknya kasir di sebuah toko swalayan.
Dari penggerebekan itu, petugas terus mengembangkan kasusnya. Dan dari proses interogasi itulah, polisi mendapatkan informasi lanjutan, bahwa mereka juga terhubung dengan praktek prostitusi yang PSK-nya masih berstatus mahasiswi. Praktek pelacuran mahasiswi ini dikoordinir oleh germo dengan inisial ER (32), seorang pria asal Surabaya.
"Pria ini ditangkap di sebuah hotel di Surabaya. Saat itu, dia sedang mengantarkan anak buahnya untuk menemui dan melayani seorang tamu yang sudah membookingnya," ungkap Awi Setiyono.
Untuk bisa sekali kencan dengan mahasiswi ini, Papi ER mematok tarif Rp 2,5 juta sampai Rp 3,5 juta. Kencan dilakukan di sebuah hotel yang dipilih pemesan, dan biaya sewa hotel juga dibayar oleh si pemesan.
Menurut pengakuan ER, dia biasa memasarkan mahasiswi-mahasiswi binaannya melalui Facebook dan Blackberry Messenger (BBM). Pria hidung belang yang tertarik, harus terlebih dulu memesan ke ER, dan membayar uang bookingan dengan transfer bank.
"Setelah uang ditransfer, baru ditentukan hotelnya," terang ER. Dari nilai tarif yang sudah disepakati, Papi ER mengaku mendapat bagian 30 persen.
"Saya ini hanya sebagai perantara saja," dalihnya saat menjalani pemeriksaan di Polda Jatim, Kamis siang. (11/12/2014)
Bisnis prostitusi dengan menyediakan para mahasiswi tersebut sudah dijalankan oleh ER selama empat bulan terakhir.
Dia tidak menyebutkan berapa banyak anak buahnya. Dalam pemeriksaan, dia mengakui bahwa hanya sering memasarkan empat orang mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya.
Akibat perbuatan mereka itu, Mami Ayu dan Papi ER saat ini mendekam di dalam penjara. Polisi menjerat mereka dengan pasal 296 KUHP dan pasal 506 tentang menyediakan dan menarik keuntungan dari aktivitas pelacuran.
Dalam interogasi terungkap bahwa Mami Ayu mendapatkan 30 - 40 persen dari tarif yang dibayar oleh setiap pelanggan. Para terapis ini juga sulit untuk curang dalam hal pembayaran, karena proses pembayarannya dilakukan di kasir yang memang sudah disediakan, layaknya kasir di sebuah toko swalayan.
Dari penggerebekan itu, petugas terus mengembangkan kasusnya. Dan dari proses interogasi itulah, polisi mendapatkan informasi lanjutan, bahwa mereka juga terhubung dengan praktek prostitusi yang PSK-nya masih berstatus mahasiswi. Praktek pelacuran mahasiswi ini dikoordinir oleh germo dengan inisial ER (32), seorang pria asal Surabaya.
"Pria ini ditangkap di sebuah hotel di Surabaya. Saat itu, dia sedang mengantarkan anak buahnya untuk menemui dan melayani seorang tamu yang sudah membookingnya," ungkap Awi Setiyono.
Untuk bisa sekali kencan dengan mahasiswi ini, Papi ER mematok tarif Rp 2,5 juta sampai Rp 3,5 juta. Kencan dilakukan di sebuah hotel yang dipilih pemesan, dan biaya sewa hotel juga dibayar oleh si pemesan.
Menurut pengakuan ER, dia biasa memasarkan mahasiswi-mahasiswi binaannya melalui Facebook dan Blackberry Messenger (BBM). Pria hidung belang yang tertarik, harus terlebih dulu memesan ke ER, dan membayar uang bookingan dengan transfer bank.
"Setelah uang ditransfer, baru ditentukan hotelnya," terang ER. Dari nilai tarif yang sudah disepakati, Papi ER mengaku mendapat bagian 30 persen.
"Saya ini hanya sebagai perantara saja," dalihnya saat menjalani pemeriksaan di Polda Jatim, Kamis siang. (11/12/2014)
Bisnis prostitusi dengan menyediakan para mahasiswi tersebut sudah dijalankan oleh ER selama empat bulan terakhir.
Dia tidak menyebutkan berapa banyak anak buahnya. Dalam pemeriksaan, dia mengakui bahwa hanya sering memasarkan empat orang mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya.
Akibat perbuatan mereka itu, Mami Ayu dan Papi ER saat ini mendekam di dalam penjara. Polisi menjerat mereka dengan pasal 296 KUHP dan pasal 506 tentang menyediakan dan menarik keuntungan dari aktivitas pelacuran.
About: Unknown
You may also like...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Translate
Ads 250 x 250
Recent Posts
Popular Posts
-
Sebelum anda menikah dengan gadis Korea, ada baiknya jika anda meminta dia untuk menunjukkan fotonya semasa kecil atau saat masih remaja. ...
-
Bagi para pemilik situs atau website administrator, keamanan situs adalah satu hal yang paling dijaga, selain tampilan desainnya yang harus ...
-
Virus di komputer atau laptop tidak akan pernah mati sampai kapan pun. Sejak 2013, ada virus yang bernama R ansomware . Virus ini suka ...
-
Seorang presenter TV yang mengawali karirnya sebagai pemenang kedua pada kontes "Miss BumBum" di Brazil ini, mengungkapkan penyesa...
-
Ular yang berwarna biru cerah itu, terlihat sedang mencengkeramkan rahangnya di kepala ular jenis "Rattle" yang terkenal san...
No comments:
Post a Comment